ﻭَﻟَﺎ ﻳَﻨْﺒَﻐِﻲ ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻠِﻖَ ﺃَﻭْ ﻳُﻘَﻠِّﻢَ ﺃَﻭْ ﻳَﺴْﺘَﺤِﺪَّ ﺃَﻭْ ﻳُﺨْﺮِﺝَ ﺩَﻣًﺎ ﺃَﻭْ ﻳُﺒِﻴْﻦَ
ﻣِﻦْ ﻧَﻔْﺴِﻪِ ﺟُﺰْﺀًﺍ ﻭَﻫُﻮَ ﺟُﻨُﺐٌ ﺇِﺫْ ﺗُﺮَﺩُّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺳَﺎﺋِﺮُ ﺃَﺟْﺰَﺍﺋِﻪِ ﻓِﻲ
ﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ ﻓَﻴَﻌُﻮْﺩُ ﺟُﻨُﺒﺎً ﻭَﻳُﻘﺎَﻝُ ﺇِﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺷَﻌْﺮَﺓٍ ﺗُﻄَﺎﻟِﺒُﻪُ ﺑِﺠِﻨﺎَﺑَﺖﺎَﻫ
ِ
"Tidak seyogyanya seseorang mencukur rambut,
memotong kuku, mencukur bulu kemaluannya atau
membuang sesuatu dari badannya disaat dia sedang
berjunub karena seluruh bagian tubuhnya akan
dikembalikan kepadanya di akhirat kelak, lalu dia akan
kembali berjunub. Dikatakan bahwa setiap rambut akan
menuntutnya dengan sebab junub yang ada pada
rambut tersebut." (Ihya Ulumaddin, 2/325)
Sumber kitab:
Ihyaa ‘Uluum ad Dien karya Hujjatul Islam Abu Hamid
al Ghazali (wafat tahun 505 H) juz II halaman 52,
cetakan Daar Ihya al Kutub al ‘Arabiyyah Mesir / juz II
halaman 325, maktabah syamilah
ﻭَﺃَﻧَﺎ ﺃَﻛْﺮَﻩُ ﺃَﻥْ ﻳَﺤْﻠِﻖَ ﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺭَﺃْﺳَﻪُ ﺃَﻭْ ﻳُﻘَﻠِّﻢَ ﻇُﻔْﺮَﻩُ ﺃَﻭْ ﻳَﺴْﺘَﺤِﺪَّ ﺃَﻭْ
ﻳَﺘَﻮَﺭَّﻯ ﻭَﻳُﺨْﺮِﺝَ ﺩَﻣًﺎ ﻭَﻫُﻮَ ﺟُﻨُﺐٌ، ﻓَﺈِﻥَّ ﺍﻟْﻌَﺒْﺪَ ﻳُﺮَﺩُّ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺟَﻤِﻴْﻊُ ﺷَﻌَﺮِﻩِ
ﻭَﻇُﻔْﺮِﻩِ ﻭَﺩَﻣِﻪِ ﻳَﻮْﻡَ ﺍﻟْﻘِﻴَﺎﻡَﺓِ، ﻓَﻤَﺎ ﺳَﻘَﻂَ ﻣِﻨْﻪُ ﻣِﻦْ ﺫَﻟِﻚَ ﻭَﻫُﻮَ ﺟُﻨُﺐٌ
ﺭَﺟَﻊ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﺟُﻨُﺒﺎً. ﻭَﻗِﻴْﻞَ : ﻃَﺎﻟَﺒَﺘْﻪُ ﻛُﻞُّ ﺷَﻌْﺮَﺓٍ ﺑِﺠَﻨَﺎﺑَﺖﺎَﻫِ
"Saya membenci seorang laki-laki mencukur kepalanya
atau memotong kukunya atau mencukur bulu
kemaluannya atau mengeluarkan darahnya dalam
keadaan dia junub, karena seorang hamba akan
dikembalikan kepadanya seluruh rambutnya, kukunya
dan darahnya besok pada hari kiamat. Apa yang jatuh
darinya dari hal-hal diatas dalam keadaan dia junub
maka akan kembali kepadanya dalam keadaan junub.
Dikatakan setiap rambut akan menuntutnya dengan
sebab junub yang ada pada rambut tersebut." (Qutil
Qulub, 2/236)
Sumber kitab:
Quut al Quluub Fii Mu’aamalah al Mahbuub karya
Imam Abu Thalib al Makky juz II halaman 236,
maktabah syamilah
Namun ulama lain tidak sependapat perihal anggota
tubuh dalam alasan tersebut. Imam al-Bujairimi,
mengutip pendapat al-Qalyubi, menjelaskan bahwa
anggota tubuh yang dikembalikan padanya di hari
kiamat adalah anggota yang ada pada saat dia
meninggal dunia, bukan yang telah terpotong
sebelumnya. Al-Madabighi menambahkan bahwa kuku,
rambut, dan semacamnya tidak dikembalikan menyatu
dengan tubuh melainkan dikembalikan dalam keadaan
terpisah.
Disebutkan dalam Hasyiyah
:
ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﺗَﻌُﻮْﺩُ ﺇِﻟَﻴْﻪِ ﻓِﻲ ﺍﻟْﺂﺧِﺮَﺓِ ) ﻫَﺬَﺍ ﻣَﺒْﻨِﻲٌّ ﻋَﻠَﻰ ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﻌَﻮْﺩَ ﻟَﻴْﺲَ
ﺧَﺎﺻًّﺎ ﺑِﺎﻟْﺄَﺟْﺰِﺀﺍَ ﺍﻟْﺄَﺻْﻠِﻲِﺓَّ ﻭَﻓِﻴْﻪِ ﺧِﻠَﺎﻑٌ ، ﻭَﻗَﺎﻝَ ﺍﻟﺴَّﻌْﺪُ ﻓِﻲ ﺷَﺮْﺡِ
ﺍﻟْﻌَﻘَﺎﺉِﺩِ ﺍﻟﻨَّﺴَﻔِﻲِﺓَّ ﺍﻟْﻤَﻌَﺎﺩُ ﺇﻧَّﻤَﺎ ﻫُﻮَ ﺍﻟْﺄَﺟْﺰَﺍﺀُ ﺍﻟْﺄَﺻْﻠِﻲُﺓَّ ﺍﻟْﺒَﺎﻗِﻲَﺓُ ﻣِﻦْ
ﺃَﻭَّﻝِ ﺍﻟْﻌُﻤُﺮِ ﺇﻟَﻰ ﺁﺧِﺮِﻩِ ﻉ ﺵ
ﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟْﺒُﺠَﻴْﺮِّﻲِﻣَ ﻓِﻴﻪِ ﻧَﻈَﺮٌ ، ﻟِﺄَﻥَّ ﺍﻟَّﺬِﻱ ﻳُﺮَﺩُّ ﺇﻟَﻴْﻪِ ﻣَﺎ ﻣَﺎﺕَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻟَﺎ
ﺟَﻤِﻴﻊُ ﺃَﻇْﻔَﺎﺭِﻩِ ﺍﻟَّﺘِﻲ ﻗَﻠَّﻤَﻬَﺎ ﻓِﻲ ﻋُﻤُﺮِﻩِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺷَﻌْﺮِﻩِ ﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻓَﺮَﺍﺟِﻌْﻪُ
ﻗﻠﻴﻮﺑﻲ
ﻭَﻋِﺒَﺎﺭَﺓُ ﺍﻟْﻤَﺪَﺍﺏِﻏِﻲ ﻗَﻮْﻟُﻪُ ﻟِﺄَﻥَّ ﺃَﺟْﺰَﺍﺀَﻩُ ﺇﻟﺦ ﺃَﻱْ ﺍﻟْﺄَﺻْﻠِﻲُﺓَّ ﻓَﻘَﻂْ
ﻛَﺎﻟْﻴَﺪِ ﺍﻟْﻤَﻘْﻄُﻮﻋَﺔِ ﺑِﺨِﻠَﺎﻑِ ﻧَﺤْﻮِ ﺍﻟﺸَّﻌْﺮِ ﻭَﺍﻟﻈُّﻔْﺮِ ، ﻓَﺈِﻧَّﻪُ ﻳَﻌُﻮﺩُ ﺇﻟَﻴْﻪِ
ﻣُﻨْﻔَﺼِﻞًﺍ ﻋَﻦْ ﺑَﺪَﻧِﻪِ ﻟِﺘَﺒْﻜِﻴﺖِﻩِ ﺃَﻱْ ﺗَﻮْﺑِﻴﺨِﻪِ ﺣَﻴْﺚُ ﺃُﻣِﺮَ ﺑِﺄَﻥْ ﻟَﺎ ﻳُﺰِﻳﻠَﻪُ
ﺣَﺎﻟَﺔَ ﺍﻟْﺠَﻨَﺎﺏَﺓِ ﺃَﻭْ ﻧَﺤْﻮِﻫَﺎ
ﺍﻧﺘﻬﺖ ﺍ ﻫـ .
"Ucapan Mushannif:
anggota badan kembali kepada orang tersebut di
akherat
Ini adalah mengikuti pendapat bahwa anggota tubuh
yang kembali tidak tertentu anggota-anggota tubuh
yang asli. Didalam hal ini ada perbedaan. Berkata
Imam Sa’ad didalam Syarah al Aqa’id an Nasafiyyah:
“Yang dikembalikan adalah anggota-anggota tubuh
yang asli yang masih ada mulai awal sampai dengan
akhir umur. (‘AIN SYIIN / Ali Asy Syibramullisi).
Ibarot Al Bujairami:
Perlu dipertimbangkan dalam pendapat tersebut, karena
anggota tubuh yang dikembalikan adalah adalah
anggota yang ada pada saat dia meninggal dunia,
bukan seluruh kuku yang dia potong selama hayatnya
begitu juga bukan seluruh rambutnya. Coba cek
kembali. Al Qalyubi.
Ibarot al Madaabighi:
Ucapan Mushannif “Karena anggota-anggota
tubuhnya…dst”
Maksudnya hanya anggota tubuh yang asli seperti
tangan yang terpotong. Berbeda semisal rambut dan
kuku, kalau yang ini akan kembali kepada orang
tersebut terpisah dari tubuhnya sebagai teguran
untuknya, dia diperintah untuk tidak menghilangkannya
disaat junub dan sebagainya." (Hasyiyah Syarwani,
Mem...... kuku bagi wanita
haid hukumnya makruh. Jika dikerjakan tidak mendapat
dosa.
Adapun yg wajib di cuci setelah haid berhenti adalah
tempat potongan rambut dan kuku bukan rambut dan
kuku yg telah terpotong. jadi kalau sudah terlepas dari
badan tidak perlu dicuci.
Ta’bir dari kitab:
1. Nihayatuzzain:
ﻭَﻣَﻦْ ﻟَﺰِﻣَﻪُ ﻏُﺴْﻞٌ ﻳُﺴَﻦُّ ﻟَﻪُ ﺃَﻟَّﺎ ﻳُﺰِﻳْﻞَ ﺷَﻴْﺌﺎً ﻣِﻦْ ﺑَﺪَﻧِﻪِ ﻭَﻟَﻮْ ﺩَﻣًﺎ ﺃَﻭْ
ﺷَﻌَﺮًﺍ ﺃَﻭْ ﻇُﻔْﺮًﺍ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﻐْﺘَﺴِﻞَ ﻟِﺄَﻥَّ ﻛُﻞَّ ﺟُﺰْﺀٍ ﻳَﻌُﻮْﺩُ ﻟَﻪُ ﻓِﻲ ﺍْﻵﺧِﺮَﺓِ
ﻓَﻠَﻮْ ﺃَﺯَﺍﻟَﻪُ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﻐُﺴْﻞِ ﻋَﺎﺩَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟْﺤَﺪَﺙُ ﺍﻟْﺄَﻛْﺒَﺮُ ﺗَﺒْﻜِﻴْﺖًﺍ ﻟِﻠﺸَّﺨْﺺ
ِ
"Barang siapa yang wajib mandi maka agar tidak
menghilangkan satupun dari anggota badannya
walaupun berupa darah atau kuku sehingga mandi,
karena semua anggota badan akan kembali kepadanya
di akherat. Jika dia menghilangkannya sebelum mandi
maka hadats besar akan kembali kepadanya sebagia
teguran kepadanya." (Nihayatuzzain, 1/31)
Sumber kitab:
Nihayatuzzain juz I halaman 31, cetakan Al Ma’aarif
Bandung / halaman 31, maktabah syamilah
2. Fathul Mu'in:
ﻭَ ) ﺛﺎَﻧِﻴْﻬِﻢﺍَ ( ﺗَﻌْﻤِﻴْﻢُ ) ﻇَﺎﻫِﺮُ ( ﺑَﺪَﻥٍ ﺣَﺘﻰَّ ) َﺍْﻷَﻇْﻔﺎَﺭَ ﻭَﻣﺎَ ﺗَﺤْﺘَﻬﺎَ ﻭَ
( ﺍﻟﺸَّﻌْﺮَ ) ﻇَﺎﻫِﺮًﺍ ﻭَﺑﺎَﻃِﻨﺎً ﻭَﺇِﻥْ ﻛَﺜِﻒَ ﻭَﻣﺎَ ﻇَﻬَﺮَ ﻣِﻦْ ﻧَﺤْﻮِ ﻣَﻨْﺒَﺖِ
ﺷَﻌْﺮَﺓٍ ﺯَﺍﻟَﺖْ ﻗَﺒْﻞَ ﻏَﺴْﻠِﻬﺎَ
"Syarat yang kedua yaitu meratakan air pada seluruh
anggota dzohir badan hingga kuku dan di bagian
bawahnya, rambut bagian luar dan dalam, yakni tempat
tumbuhnya rambut yang telah lepas sebelum
mandi." (Fathul Mu'in, 1/31)
Sumber kitab:
Fat_hul Mu’in (Hamisy I’anatuththalibin juz I halaman
75, cetakan al ‘Alawiyyah) / 1/31
3. Hasyiyah Syarwani:
ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺄَﺟْﺰَﺍﺀَ ﺍﻟْﻤُﻨْﻔَﺺَﺔَﻟِ ﻗَﺒْﻞَ ﺍﻟْﺈِﻏْﺘِﺲِﻝﺍَ ﻟَﺎ ﻳَﺮْﺗَﻔِﻊُ ﺟَﻨَﺎﺑَﺘُﻪﺍَ ﺑِﻐُﺴْﻠِﻪَﺍ
"Bahwasanya anggota tubuh yang terpisah sebelum
mandi, janabahnya tidak hilang dengan memandikan
nya." (Hasyiyah Syarwani, 1/84)
Sumber kitab:
Hasyiyah Syarwani juz I.
Catatan:
Ada juga ulama yang tidak memakruhkan.
ﻭَﻗَﺎﻝَ ﻋَﻄَﺎﺀٌ : ﻳَﺤْﺘَﺠِﻢُ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐُ ، ﻭَﻳُﻘَﻠِّﻢُ ﺃَﻇْﻔَﺎﺭَﻩُ ، ﻭَﻳَﺤْﻠِﻖُ ﺭَﺃْﺳَﻪُ ،
ﻭَﺇِﻥْ ﻟَﻢْ ﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄْ .
ﻭَﻣَﺎ ﺣَﻜﺎﻩُ ﻋَﻦْ ﻋَﻄَﺎﺀٍ ، ﻣَﻌْﻨَﺎﻩُ : ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐَ ﻟَﺎ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺧْﺬُ ﻣِﻦْ
ﺷَﻌَﺮِﻩِ ﻭَﻇُﻔْﺮِﻩِ ﻓِﻲْ ﺣَﺎﻝِ ﺟَﻨَﺎﺑَﺘِﻪِ ، ﻭَﻟَﺎ ﺃَﻥْ ﻳُﺨْﺮِﺝَ ﺩَﻣَﻪُ ﺑِﺤِﺠَﺎﻣَﺔٍ
ﻭَﻏَﻴْﺮِﻩَﺍ
ﻭَﻟَﺎ ﻧَﻌْﻠَﻢُ ﻓِﻲْ ﻫَﺬَﺍ ﺧِﻠَﺎﻓﺎً ﺇِﻟَّﺎ ﻣَﺎ ﺫَﻛَﺮَﻩُ ﺑَﻌْﺾُ ﺃَﺻْﺤَﺎﺑِﻦﺍَ ﻭَﻫُﻮَ ﺃَﺑُﻮ
ﺍﻟْﻔَﺮَﺝِ ﺍﻟﺸَّﻴْﺮَﺍﺯِﻱِّ ، ﺃَﻥَّ ﺍﻟْﺠُﻨُﺐَ ﻳُﻜْﺮَﻩُ ﻟَﻪُ ﺍﻟْﺄَﺧْﺬُ ﻣِﻦْ ﺷَﻌَﺮِﻩِ ﻭَﺃَﻇْﻔَﺎﺭِﻩِ
‘Atha berkata: “Orang junub berbekam, ,mencukur
kepalanya walaupun tidak berwudhu.”
Apa yang diceritakan dari ‘Atha maknanya ialah
bahwasanya orang junub tidak dimakruhkan memotong
rambut dan kukunya ketika dia junub, dan tidak makruh
mengeluarkan darahnya dengan berbekam atau lainnya.
Kami tidak mengetahui adanya perbedaan dalam hal ini
keculai apa yang dituturkan sebagaian ash_hab kami
yaitu Abul Faraj asy Syairazi bahwasanya orang junub
makruh memotong rambut dan kuku. (Fathul Bari Li
Ibni Rajab, 1/346)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar