HAL HAL YG
EMBATALKAN SHOLAT
1. Berkata
kata (dengan huruf dan suara) dengan sengaja,
yaitu
perkataan yang memberi kefahaman atau pun tidak memberi faham sekalipun satu
huruf, misal mengtakan huruf (qaf) (ain)dan ( lam) karena dalam bahasa Arab
huruf qaf singkatan dari wiqayah, ain singkatan dari ri’ayah dan lam singkatan
dari wilayah atau hurf tha’ singkataan dari wat’ie.
Berkata kata
dengan huruf dan suara dapat di bagi menjadi kepada bagian
1.Batuk,
menguap, sendawa (cekluan) (tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak
ada unsur main main)
2.Bersin
(tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main)
BACA JUGA BAB WUDHU
BACA JUGA BAB WUDHU
3.Berdehem
(tidak membatalkan sholat jika ada udzur atau tidak ada unsur main main dan di
perbolehkan berdehem pada tempat yang diwajibkan rukun qauli yang lima,
takbiratul ikhram, al fatihaah, tahyat terakhir, sholawat pada tahyat akhir dan
salam yang pertama)
Referensi :
الكتاب
: المجموع شرح المهذب ج 4 - الصفحة 79-80المؤلف : أبو زكريا محيي الدين يحيى بن شرف
النووي (المتوفى : 676هـ)وأما التنحنح فحاصل المنقول فيه ثلاثة أوجه الصحيح الذى قطع
به المصنف والاكثرون ان بان منه حرفان بطلت صلاته والا فلا والثانى لا تبطل وان بان
حرفان قال الرافعي وحكى هذا عن نص الشافعي والثالث ان كان فمه مطبقا لم تبطل مطلقا
والا فان بان حرفان بطلت والا فلا وبهذا قطع المتولي وحيث ابطلنا بالتنحنح فهو ان كان
مختارا بلا حاجة فان كان مغلوبا لم تبطل قطعاولو تعذرت قراءة الفاتحة الا بالتنحنح
فيتنحنح ولا يضره لانه معذور وان أمكنته القراءة وتعذر الجهر الا بالتنحنح فليس بعذر
علي أصح الوجهين لانه ليس بواجب ولو تنحنح امامه وظهر منه حرفان فوجهان حكاهما القاضى
حسين والمتولي والبغوي وغيرهم أحدهما يلزمه مفارقته لانه فعل ما يبطل الصلاة ظاهرا
واصحهما ان له الدوام على متابعته لان الاصل بقاء صلاته والظاهر أنه معذور والله اعلم
4. Mendengus
dengan hidung (membatalkan sholat)
5. Mengembus
dengan mulut (membatalkan sholat)
6. Tertawa
(membatalkan sholat jikaterbahak bahak, boleh hanya sekedar tersenyum)
Menangis
(وَأَمَّا عِنْدَ الشَّافِعِيَّةِ ، فَإِنَّ
الْبُكَاءَ فِي الصَّلاَةِ عَلَى الْوَجْهِ الأَْصَحِّ إِنْ ظَهَرَ بِهِ حَرْفَانِ
فَإِنَّهُ يُبْطِل الصَّلاَةَ ؛ لِوُجُودِ مَا يُنَافِيهَا ، حَتَّى وَإِنْ كَانَ الْبُكَاءُ
مِنْ خَوْفِ الآْخِرَةِ . وَعَلَى مُقَابِل الأَْصَحِّ :
لاَ
يُبْطِل لأَِنَّهُ لاَ يُسَمَّى كَلاَمًا فِي اللُّغَةِ ، وَلاَ يُفْهَمُ مِنْهُ شَيْءٌ
، فَكَانَ أَشْبَهَ بِالصَّوْتِ الْمُجَرَّدِ
Tangisan
dalam sholat menurut pendapat yang shahih bila sampai keluar dua huruf dalam
tangisannya membatalkan sholat karena adanya hal yang menafikan sholat walau
tangisan takut akan akhirat sekalipun, sedang menurut Muqaabil pendapat yang
shahih tidak membatalkan karena tangisan tidak tergolong pembicaraan serta
tidak dapat difahami, tangisan hanyalah serupa dengan suara murni. (Nihayah
almuhtaaaj II/34, Hasyiyah Qolyubi I/187, Mughni alMuhtaaj I/195).
Maka dapat
difahami batal sholat jika makmum mengingatkan imam yang salah dalam sholat
dengan semata mengingkatkan imam yang salah, adapun jika memperingatkan imam
dengan lafadz (subhanallah) dengan niat dzikir, maka tidak membatalkan sholat.
Dan tidak batal jika mengucapkan “Alhamdulillah” saat mendengarkan orang
bersin.
2. Sengaja
menambah satu rukun dari rukun fi’li (perbuatan) ruku’. Sujud dll
Hukum tahyat
pertama (imam tahyat, maka makmum boleh tidak tahyat dengan senagaja, jika
makmum berdiri tanpa ada unsur kesengajaan, maka wajib makmum duduk kembali,
dan apabila imam tidak tahyat pertama, maka wajib makmum tidak melakukan tahyat
(wajib mengikuti Imam).
Hukum sujud
sahwi (jika imam sujud sahwi, maka makmum wajib sujud sahwi, dan jika imam
tidak sujud sahwi, maka makmumoleh melakukan sujud sahwi)
Adapun jika
lupa (ragu) rakaat dalam sholat, (dua rakaatkah atau tiga rakaat) maka wajib
mengambil keyakinan dua rakaat (mengambil yang terkecil, dan menyempurnakan
rakaat yang tertinggal, dan di sunnahkan sujud sahwi).
فلو
شك في عدد ما أتى به من الركعات أهي ثلاثة أو أربعة بنى على اليقين وهو الأقل وأتى
وجوباً بما بقي وسجد للسهو للتردد في الزيادة
: نهاية الزين شرح قرة العين رقم الجزء:
1 رقم الصفحة:84
3. Sengaja
memanajangkan rukun pendek : yaitu i’tidal dan duduk diantara dua sujud, adapun
batasan rukun pendek adalah sekedar membaca tasyahut pertama, jika di
lebihkannya masa i’tidal dan duduk dintara dua sujud, mak batallah sholatnya.
4. Melakukan
perbuatan yang keji : melompat dengan langkah yang pnjang maka batallah
sholatnya sekalipun dilakukan karena lupa.
5.
Mengerjakan perbuatan selain dari jenis sholat :
Jika perbuatan
tersebut dianggap banyak dan dilakukan beberapa kali yang bersambung sambung
kecuali pada sholat khauf (ketakutan) seperti melangkah, jongkok, mengaruk
dengan mengerakkan seluruh tangan, adapun menggaruk dengan jari jari tangan
maka tidak membatalkan sholat dengan syarat tangan tidak ikut bergerak, MADZHAB
SYAFI’I berpendapat bahwa gerakan yang tidak berhubungan dengan shalat dapat
membatalkan shalat dengan syarat gerakan tersebut:
• Dilakukan
tiga kali lebih secara berturut-turut
• Atau
dilakukan sekali tapi melampaui batas seperti meloncat memukul dengan keras
• Atau
dilakukan sekali tapi diniati bergerak tiga kali
• Atau
dilakukan sekali tapi bertujuan mempermainkan shalat
Bila tidak
sesuai ketentuan diatas seperti bergerak sekali atau dua kali atau tiga kali
secara terputus-putus atau bergerak tiga kali hanya saja dengan memakai
anggauta tubuh ringan seperti pelapuk mata, lisan, kemaluan, jemari yang
menggaruk dengan tidak mengikut sertakan telapak tangannya tetap (tangannya
tetap, tidak ikut bergerak) maka tidak membatalkan shalat asalkan gerkannya
tidak dimaksudkan untuk mempermainkan, meremehkan shalat.
(الرابع) أن يتحرك حركه واحده مفرطة أو ثلاث
حركات متوالية عمدا كان أو سهوا أو جهلا
Yang ke 4
dari hal-hal yang membatalkan shalat, bila ia bergerak dengn satu kerakan yang
sangat melampaui batas atau dengan tiga kali gerakan berturut-turut baik
sengaja atau lupa atau karena bodoh”. [ Matan Safiinah Hal. 16 ].
( أو فعل ثلاثة أفعال متوالية ) بأن لا يعد
عرفا كل منها منقطعا عما قبله ( كثلاث خطوات ) وإن كانت بقدر خطوة مغتفرة أو مضغات
ثلاث ( أو حكات ) متوالية مع تحريك اليد ( في غير الجرب ) وكأن حرك يديه ورأسه ولو
معا أو خطا خطوة واحدة ناويا فعل الثلاث وإنم لم يزد على الواحدة ( أو وثب وثبة ) ولا
تكون الوثبة إلا ( فاحشة أو ضرب ضربة مفرطة ) أو صفق تصفيقة أو خطا خطوة بقصد اللعب
وإن كانت التصفيقة بغير ضرب الراحتين ( بطلت ) صلاته في جميع ما ذكر ( سواء كان عامدا
أو ناسيا ) لمنافاة ذلك لكثرته أو فحشه للصلاة وإشعاره بالإعراض عنها والخطوة بفتح
الخاء المرة وهي المراد هنا إذ هي عبارة عن نقل رجل واحدة فقط حتى يكون نقل الأخرى
إلى أبعد عنها أو أقرب خطوة أخرى بخلاف نقلها إلى مساواتها وذهاب اليد ورجوعها ووضعها
ورفعها حركة واحدة أما في الجرب الذي لا يصبر معه على عدم الحك فيغتفر الحك لأجله وإن
كثر لاضطراره إليه ( ولا يضر الفعل القليل ) الذي ليس بفاحش ومنه الخطوتان وإن اتسعتا
واللبس الخفيف وفتح كتاب وفهم ما فيه لكنه مكروه ( ولا حركات خفيفات وإن كثرت ) وتوالت
لكنها خلاف الأولى وذلك ( كتحريك الأصابع ) في نحو سبحة وحكة فلا بطلان بجميع ذلك وإن
تعمده ما لم يقصد به منافاتها وإنما لم يعف عن قليل الكلام عمدا لأنه لا يحتاج إليه
فيها بخلاف الفعل فيعفى عما يتعسر الاحتراز عنه مما لا يخل بها والأجفان واللسان كالأصابع
وقد يسن الفعل القليل كقتل نحو الحية
“... Atau
batal shalat seseorang akibat menjalani tiga pekerjaan secara berturut-turut
(sekira menurut pandangan kebanyakan orang antara gerakan yang satu dan gerakan
berikutnya tidak dianggap terputus) seperti tiga kali melangkah (meskipun
langkah yang diampuni oleh syara’, seperti makmum dibelakang imam yang
mengganti imam yang berhalangan ditengah-tengah shalat) atau tiga kali kunyahan
atau tiga kali garukan berturut-turut dengan mengikutkan tangan ikut bergerak
diselain kudis, dan seperti dengan menggerakkan kedua tangan dan kepalanya
dengan secara bersama-sama atau bergerak dengan satu gerakan dengan diniati
tiga gerakan sekaligus meski praktiknya dia hanya bergerak sekali, atau dengan
melompat yang sangat, memukul keras, bertepuk tangan atau melangkah dengan
tujuan bermain-main meskipun tepukan tangannya dengan tanpa menepukkan kedua
telapak tangannya, kesemua yang tersebut diatas dapat berakibat membatalkan
shalatnya baik sengaja atau lupa (karena menjalankannya dengan berturut-turut
menafikan dan mencelakan shalat sekaligus tanda ia berpaling dari shalat....
Sedang dalam
masalah kudis yang tidak dianggap bahaya dan membatalkan shalat dan diampuni
menggaruknya karena adanya unsur darurat (terpaksa).Juga tidak berbahaya dan
membatalkan shalat perbuatan sedikit/tidak sampai tiga kali berturut-turut
asalkan perbuatan sedikit tersebut bukan karena maksud mencelakan shalat,
diantara contohnya melangkah dua kali meskipun langkahnya lebar-lebar,
mengenakan pakaian ringan, membuka kitab hanya saja yang demikian makruh
hukumnya.Juga tidak berbahaya dan membatalkan shalat gerakan-gerakan berturut
meskipun dilakuakan secara berulang-ulang yang dikerjalan dengan anggauta tubuh
yang ringan seperti menggerakkan jemari semacam jari telunjuk dan dan dibuat
menggaruk-garuk hanya saja hukumnya hilaaf al-Uala (menyalahi keutamaan)
asalkan gerakannya tidak dimaksudkan untuk mengerjalkan hal-hal yang menaikan
shalat, dibedakan antara hukum berbicara sedikit dalam shalat yang berakibat
batalnya shalat dengan hukum bergerak sedikit dalam shalat yang berakibat hukum
diampuni dan tidak membatalkan shalat karena pembicaraan dalam shalat tidak
dibutuhkan sedang bergerak dalam shalat hal yang sulit dihindari karenanya
asalkan masih tergolong sedikit maka diampuni, dan pelapuk mata, lisan
gerakannya seperti gerakan jemari tangan bahkan terkadang justru disunahkan
menjalani perbuatan sedikit dalam shalat seperti saat membunuh semacam
ular". [ Al-Minhaj al-Qawiim I/248-249 ].
لا
) تبطل ( بحركات خفيفة ) وإن كثرت وتوالت بل تكره ( كتحريك ) أصبع أو ( أصابع ) في
حك أو سبحة مع قرار كفه ( أو جفن ) أو شفة أو ذكر أو لسان لأنها تابعة لمحالها المستقرة
كالأصابع
Dan tidak
batal shalat akibat gerakan-gerakan ringan meskipun banyak dan berulang-ulang
namun hukumnya makruh seperti gerakan jari atau jemari saat menggaruk dengan
syarat telapak tangannya tetap (tidak ikut bergerak) atau gerakan pelupuk mata,
bibir, zakar atau lisannya karena kesemuanya masih mengikuti (menempel dengan
tidak bergerak) pada tempat pokoknya yang diam dan kokoh seperti halnya
jari-jemari. (Fath al-Mu’in I/215-
Bila
kagetnya sudah sampai pada batas ‘hilangnya akal’ seseorang maka membatalkan
wudhunya, bila belum maka tidak batal.
( و ) ثامنها ( جلوس بينهما ) أي السجدتين
ولو في نفل على المعتمد ويجب أن لا يقصد برفعه
غيره فلو رفع فزعا من نحو لسع عقرب أعاد السجود
Yang No. 8
(dari rukun-rukunnya shalat) Duduk diantara dua sujud meskipun pada shalat
sunah menurut pendapat yang dapat dijadikan pegangan (mu’tamad). Dan diwajibkan
agar tidak punya tujuan selain duduk diantara dua sujud saat ia bangun dari
sujudnya, bila ia bangun dari sujud karena kaget semacam oleh sengatan
kalajengking maka ulangilah bersujud. [ Fath al-Mu’iin I’aanah at-Thoolibiin
I/116 ].
Lihat
‘ibarah dalam Fath al-Mu’iin diatas, ia cukup mengulangi sujudnya yang karena
kaget oleh sengatan kalajengking, bukan batal shalatnya karena kagetnya tentu
masih dalam taraf normal. Maka jika kaget sampai melangkah lebih tiga langkah
(tiga pergerakan berturut2 maka dapat membatalkan sholat)
DAN BACA JUGA TATA CARA SHOLAT TASBIH
DAN BACA JUGA TATA CARA SHOLAT TASBIH
6. Makan dan
minum sekalipun sedikit
Melainkan
makan atau minum yang sedikit karena lupa bahwa ia dalam keadaan sholat atau
tidak mengetahui keharaman makan dan minum di dalam sholat seperti baru masuk
islam. jika yang ditelan hanya rasanya saja (BUKAN SISA MAKANAN) maka tidak
membatalkan sholat,misal sebelum sholat sudah berkumur tetapi masih ada rasa manis/pedas
dalam mulut maka menelan ludah tidak batal,tp jika ada WUJUDNYA (`Ain) meski
hanya sedikit/kecil maka batal jika di telan,solusinya sikatan/siwakan dulu
sebelum sholat.
حاشية
الجمل الجزء 1 صحـ : 436 مكتبة دار الفكرأَمَّا مُجَرَّدُ الطَّعْمِ الْبَاقِي مِنْ
أَثَرِ الطَّعَامِ فَلا أَثَرَ لَهُ لانْتِفَاءِ وُصُولِ الْعَيْنِ إلَى جَوْفِهِ وَلَيْسَ
مِثْلُ ذَلِكَ الأَثَرُ الْبَاقِي بَعْدَ الْقَهْوَةِ مِمَّا يُغَيِّرُ لَوْنَهُ أَوْ
طَعْمَهُ فَيَضُرُّ ابْتِلَاعُهُ لأَنَّ تَغَيُّرَ لَوْنِهِ يَدُلُّ عَلَى أَنَّ بِهِ
عَيْنًا وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُقَالَ بِعَدَمِ الضَّرَرِ لأَنَّ مُجَرَّدَ اللَّوْنِ
يَجُوزُ أَنْ يَكُونَ اكْتَسَبَهُ الرِّيقُ مِنْ مُجَاوَرَتِهِ لِلأَسْوَدِ مَثَلا
وَهَذَا هُوَ الأَقْرَبُ أُخِذَ مِمَّا قَالُوهُ فِي طَهَارَةِ الْمَاءِ إذَا تَغَيَّرَ
بِمُجَاوِرٍ اهـ
"
al-uklu wasy-syurbu katsiiron kaana al-ma'kuulu wal masyruubu au
qoliilan"...
Makan dan
minum.baik sedikit maupun banyak keduanya membatalkan sholat
"wa lau
minal riiqil mukhtalithi bi ghoirihi".....
Dan walaupun
ludah/lendir yang bercampur dengan selainnya
"illaa
an yakuuna asy-syakhshu fii hadzihish shuuroti jaahilan tahriimi dzaalik
".......
Lain halnya
bagi yang benar-benar tidak mengerti sama sekali bahwa yang demikian itu
terlarang dalam melakukan sholat. (Tausyeh 'Ala Ibni Qoosim, hal 66).
7. Telah
lewat (tertinggal) satu rukun qauli :
Seperti
surah Al Fatihaah atau rukun fi’li seperti i’tidal atau ragu dalam niat
takbiratul ikhram atau dapat difahami.
- Fathul
mu'in 1/124 :
ولو
سها غير مأموم بترك ركن أو شك أتى به إن كان قبل فعل مثله وإلا أجزأه وتدارك.
ولو
سها غير مأموم في الترتيب بترك ركن كأن سجد قبل الركوع أو ركع قبل الفاتحة لغا ما فعله
حتى يأتي بالمتروك فإن تذكر قبل بلوغ مثله أتىبه وإلا فسيأتي بيانه.أو شك هو أي غير
المأموم في ركن هل فعل أم لا كأن شك راكعا هل قرأ الفاتحة أو ساجدا هل ركع أو اعتدل
أتى به فورا وجوبا إن كان الشك قبل فعله مثله أي مثل المشكوك فيه من ركعة أخرى وإلا
أي وإن لم يتذكر حتى فعل مثله في ركعة أخرى أجزأه عن متروكة ولغا ما بينهما.هذا كله
إن علم عين المتروك ومحله فإن جهل عينه وجوز أنه النية أو تكبيرة الإحرام بطلت صلاته.ولم
يشترط هنا طول فصل ولا مضي ركن.
- I’anah
1/209 :
(قوله: فإن جهل عينه الخ) مفهوم قوله: إن
علم عين المتروك.وسكت عن مفهوم قوله: وعلم محله، وهو ما إذا جهل محله وعلم عينه.وحاصله
أنه يأخذ فيه بالأحوط، فإذا علم أنه ترك سجدة ولم يعلم أهي من الركعة الأخيرة أم من
غيرها جعلها منه وأتى بركعة، أو علم ترك سجدتين وجهل محلهما أتى بركعتين، فإنه يقدر
أنه ترك سجدة من الأولى وسجدة من الثانية فيجبران بالثانية والرابعة ويلغو باقيهما.
Bila ghoer
mamum (imam dan munfarid) lupa atau ragu meninggalkan salah satu rukun dan dia
mengetahui bagian yang tertinggalnya, maka ada beberapa kemungkinan :
1.Bila baru
ingat sebelum sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka
langsung ke posisi RUKUN YANG TERTINGGAL. Missal, ketika sujud dia teringat
tidak membaca fatihah, maka langsung berdiri dan membaca fatihah.
2.Bila baru
ingat setelah sampai pada pekerjaan sejenis pada rokaat berikutnya, maka
teruskan saja rokaat itu, adapun pekerjaan (rokaat) yang tidak sempurna
sebelumnya menjadi lagho, dan harus ditambah.
3.Bila tidak
mengetahui mana dan dimana bagian yang tertinggal, maka ditambah saja satu
rokaat.
Termasuk
juga dalam masalah ini, bila ingat ada bagian yang tertinggal tetapi lupa
apakah pada rokaat terakhir atau rokaat sebelumnya, maka tambah saja satu
rokaat. Semua permasalah di atas, menyangkut rukun solat selain NIAT dan
TAKBIROTUL IHROM. Bila menyangkut keduanya, artinya lupa atau ragu terhadap
niat atau takbirotul ihrom maka solatnya BATAL.
Sebagai
tambahan.jika RAGU SETELAH SALAM menurut pendapat yang Masyhur tidak
berpengaruh, karena dengan selesainya shalat, semua masalah dianggap selesai.
حاشيتا
قليوبي وعميرة الجزء 1 صحـ : 231 مكتبة دار الكتب العربية(وَلَوْ شَكَّ بَعْدَ السَّلاَمِ
فِي تَرْكِ فَرْضٍ لَمْ يُؤَثِّرْ عَلَى الْمَشْهُورِ) ِلأَنَّ الظَّاهِرَ وُقُوعُ
السَّلاَمِ عَنْ تَمَامٍ وَالثَّانِيْ يُؤَثِّرُ ِلأَنَّ اْلأَصْلَ عَدَمُ فِعْلِهِ
فَيَبْنِيْ عَلَى الْمُتَيَقَّنِ وَيَسْجُدُ كَمَا فِي صُلْبِ الصَّلاَةِ إنْ لَمْ
يَطُلِ الْفَصْلُ فَإِنْ طَالَ اسْتَأْنَفَ كَمَا فِي أَصْلِ الرَّوْضَةِ وَمَرْجِعُ
الطُّولِ الْعُرْفُ وَلاَ فَرْقَ فِي الْبِنَاءِ بَيْنَ أَنْ يَتَكَلَّمَ وَيَمْشِيَ
وَيَسْتَدْبِرَ الْقِبْلَةَ وَبَيْنَ أَنْ لاَ يَفْعَلَ ذَلِكَ قَوْلُهُ (وَلَوْ شَكَّ
بَعْدَ السَّلاَمِ) أَيْ طَرَأَ لَهُ بَعْدَ سَلاَمِهِ التَّرَدُّدُ فِي حَالِهِ قَبْلَ
صَلاَتِهِ أَوْ فِيهَا وَخَرَجَ بِالتَّرَدُّدِ تَذَكُّرُ حَالِهِ وَإِخْبَارُ عَدَدٍ
بِالتَّوَاتُرِ قَالَ شَيْخُنَا وَكَذَا ظَنُّهُ بِخَبَرِ عَدْلٍ ِلأَنَّ الظَّنَّ
مَعَهُ كَالْيَقِينِ قَوْلُهُ (فِي تَرْكِ فَرْضٍ) عَدَلَ عَنْ أَنْ يَقُولَ فِي تَرْكِ
رُكْنٍ لِيَشْمَلَ الرُّكْنَ وَبَعْضَهُ وَالشَّرْطَ وَبَعْضَهُ وَالْمُعَيَّنَ مِنْهُمَا
وَالْمُبْهَمَ كَتَرْكِ الْفَاتِحَةِ أَوْ بَعْضِهَا أَوْ الرُّكُوعِ أَوْ طُمَأْنِينَتِهِ
أَوْ بَعْضِ اْلأَرْكَانِ اه
8.
Menukarkan niat sholat fardhu kepada sholat sunnat :
Contoh di
saat melaksanakan sholat dzuhur, mengantikan niat sholat dzuhur menjadi sholat
sunnat qabliyah dzuhur. Maka hal ini membatalkan sholat.
9. Berniat
memutuskan (menghentikan) sholat :
Karena
menghilangkan rasa yakin dalam niat ( berniat keluar dari sholat sebelum salam)
. (بنية قطعها) وهي نية الخروج من الصلاة قبل
مجيء محلها، وهو مقارنتها للسلام إما حالا أو بعد ركعة مثلاً فإنها تبطل حالاً كما
لو نوى أنه يكفر غداً فإنه يكفر حالاً: نهاية الزين شرح قرة العين 89.
فصل
و من المنافي نية القطع و في ذلك فروع : نوى قطع الإيمان و العياذ بالله تعالى صار
مرتدا في الحال نوى قطع الصلاة بعد الفراغ منها لم تبطل بالإجماع و كذا سائر العبادات
و في الطهارة وجه لأن حكمها باق بعد الفراغ نوى قطع الطهارة أثناءها لم يبطل ما مضى
في الأصح لكن يجب تجديد النية لما بقي نوى قطع الصلاة أثناءها بطلت بلا خلاف لأنها
شبيهة بالإيمان نوى قطع الصوم و الاعتكاف لم يبطلا في الأصح لأن الصلاة مخصوصة من بين
سائر العبادات بوجوه من الربط و مناجاة العبد ربه نوى الأكل أو الجماع في الصوم لم
يضره نوى فعل مناف في الصلاة كالأكل و الفعل الكثير لم تبطل قبل فعله نوى الصوم من
الليل ثم قطع النية قبل الفجر سقط حكمها لأن ترك النية ضد النية بخلاف ما لو أكل بعدها
لا تبطل لأن الأكل ليس ضدها نوى قطع الحج و العمرة لم يبطلا بلا خلاف لأنه لا يخرج
منهما بالإفساد نوى قطع الجماعة بطلت ثم في الصلاة قولان إذا لم يكن عذر : أصحهما لا
تبطل.
[ PASAL ]
Diantara yang dapat menafikan adanya niat adalah “Niat memutus ibadah”, dan
dalam hal ini terdapat beberapa macam bahasan :
§Niat
memutus iman, seketika menjadi murtad ‘Na’uudzu billaah min dzaalik’
§Niat
memutus sholat setelah rampung sholat, Ulama sepakat ibadah sholatnya tidak
batal begitu juga ibadah-ibadah yang lain kecuali dalam ibadah bersuci (wudhu,
mandi dan tayammum), terdapat pendapat ulama yang menyatakan batal karena
hukumnya masih berkaitan dengan ibadah selanjutnya.
§Niat
memutus bersuci saat menjalaninya, menurut pendapat yang paling shahih
(kuat/benar) tidak membatalkan anngauta badan yang telah di basuh/diusap hanya
saja wajib memperbaharui niat pada basuhan/usapan anggauta setelahnya.
§Niat
memutus sholat saat menjalaninya, Ulama sepakat batal sholatnya karena sholat
menyerupai iman.
§Niat
memutus puasa dan I’tikaf saat menjalaninya, pendapat yang lebih shahih tidak
batal (beda dengan sholat) karena sholat memiliki kekhususan diantara
ibadah-ibadah lainnya di dalamnya terdapat hubungan, persambungan dan munajat
langsung antara hamba dan Tuhannya.
§Niat makan,
senggama saat menjalani puasa, tidak membatalkan puasa.
§Niat
melakukan hal yang membatalkan sholat seperti makan, perbuatan banyak saat
menjalani sholat, tidak membatalkan sebelum ia benar-benar melakukannya.
§Niat puasa
di malam hari kemudian ia ‘memutus’nya sebelum datangnya fajar, niatnya rusak
karena telah menjalani hal yang merusak niat berbeda dengan melakukan semacam
makan sebelum fajar, niatnya tidak menjadi rusak.
§Niat
memutus haji dan umroh saat menjalaninya, Ulama sepakat ibadahnya tidak batal.
§Niat
memutus sholat jamaah saat menjalaninya, jamaahnya batal.
Bagaimana
dengan sholatnya ? Terdapat dua pendapat : Bila memutus sholat jamaahnya karena
udzur (alasan), sholatnya tidak batal (ulama sepakat), bila tidak karena udzur,
sholatnya juga tidak batal (pendapat yang lebih shahih). [ Asybah wa
An-Nazhoo-ir I/91 ].
10.
Mengaitkan putusnya sholat :
Yaitu
mengaitkan memberhentikan sholat dengan sesuatu, contoh di saat hendak
melaksanakan sholat atau di dalam sholat berniat memberhentika (membatalkan
sholat) jika ada tamu di saat menunggu datangnya tamu, maka sholat seprti ini
di hitung batal (tidak sah) ekalipun tamu tidak datang di karenakan hilangnya
keyakinan niat atas sholatnya,
11.
Berhadats ( hadats besar atau kecil) :
Maka dapat
membatalkan sholat jika di saat sholat keluar sesuatu dari dua jalan (ubur dan
qubul), hilang akal (tidur,mabuk, pitam) tersentuh (berentuhan) kulit laki laki
dengan wanita yang ajnabi (yang halal dinikahi) tanpa lapik dan menyentuh
kemaluan dengan telapak tangan tanpa lapik,
(الثاني ) زوال العقل بنوم أو غيره إلا نوم
قاعد ، ممكن مقعده من الأرض
Yang No. 2
(dari hal-hal yang membatalkan wudhu adalah hilangnya akal disebabkan karena
tidur atau ‘lainnya’ kecuali tidurnya orang yang menetapkan pantatnya pada
tanah. ( Matan Safiinah an-Najaa Hal 2). Atau dengan sebab hadas besar (janabah
“keluar sperma”, haid, nifas).
12.
Keguguran najis yang tidak di maafkan :
Kedatangan
najis yang tidak dimaafkan pada tubuh, pakaiannya, maka batallah sholatnya,
kecuali jika segera di hilangkannya jika terkena najis kering. Maka dapat di
fahami, batal sholat jika menyentuh atau membawa bangkai binatang yang bernajis
( bangkai binatang yang tidak bisa di makan atau bagian dari anggota tubuh
bangkai binatang yang tidak bisa di makan) contoh : bangkai lalat, bangkai
semut, bulu kucing, bangkai kecoak, bangkai laron dll.
Hukum
binatang
1.Suci
ketika hidup dan matinya ( ikan dan belalang)
2.Najis
ketika hidup dan matinya (anjing dan babi)
3.Suci
ketika hidup dan najis ketika matinya (hewan yang tidak halal dimakan)
4.Suci
ketika hidup dan matinya dengan syarat di sembelih sesuai syari’at (hewan yang
halal dimakan)
Begitu juga
darah, nanah, kotoran manusia.
Kalau darah
nyamuknya banyak tidak dima’fu (diampuni) kalau sedikit menurut pendapat yang
shahih masih diampuni
ويعفى
عن دم نحو برغوث ) مما لا نفس له سائلة كبعوض وقمل لا عن جلده
( قوله عن دم نحو برغوث ) الإضافة فيه لأدنى
ملابسة لأنه ليس له دم في نفسه وإنما دمه رشحات يمصها من بدن الإنسان ثم يمجها
… ( بغير فعله )
فإن
كثر بفعله قصدا كأن قتل نحو برغوث في ثوبه أو عصر نحو دمل أو حمل ثوبا فيه دم براغيث
مثلا وصلى فيه أو فرشه وصلى عليه أو زاد على ملبوسه لا لغرض كتجمل فلا يعفى إلا عن
القليل على الأصح كما في التحقيق والمجموع
Dan dima’fu
(diampuni) darah yang keluar dari binatang semacam kutu, nyamuk yaitu
binatang-binatang yang pada dasarnya tidak memiliki darah yang mengalir melainkan
berasal dari yang ia hisap dari badan manusia kemudian ia muntahkan tapi tidak
kulit binatang tersebut… bila darah tersebut bukan akibat pekerjaannya.
Bila
keluarnya akibat ulahnya seperti ia sengaja membunuh kutu di bajunya atau
sengaja memencet bisulnya atau ia shalat dengan memakai pakaian atau beralaskan
perkara yang ada darah kutunya atau ia mengenakan pakaian berlebih tanpa ada
tujuan maka darah-darah yang semacam ini tidak lagi diampuni kecuali bila
sedikit menurut pendapat yang shahih seperti keterangan dalam kitab at-Tahqiiq
dan al-Majmuu’ . [ I’aanah at-Thoolibiin I/100 ].
وَيَبْقَى
الْكَلَامُ فِيمَا إذَا مَرَّتْ الْقَمْلَةُ بَيْنَ أَصَابِعِهِ هَلْ يُعْفَى عَنْهُ
أَوْ لَا وَالْأَقْرَبُ عَدَمُ الْعَفْوِ لِكَثْرَةِ مُخَالَطَةِ الدَّمِ لِلْجِلْدِ
ع ش وَفِي الْكُرْدِيِّ عَنْ الْإِرْشَادِ وَلَا تَبْطُلُ بِدَمِ نَحْوِ بُرْغُوثٍ
وَبَثْرَتِهِ مَا لَمْ يَكْثُرْ بِقَتْلٍ وَعَصْرٍ ا هـ .
Pembahasan
yang tersisa mengenai masalah bila seekor nyamuk hinggap diantara jemari orang
shalat apakah najisnya diampuni ? Pendapat yang mendekati kebenaran tidak
dimaafkan karena bercampurnya darah pada kulit, dan dalam al-Kurdy dari
al-Irsyad dijelaskan dan shalat tidak batal akibat darah semacam kutu atau
jerawat selagi tidak banyak yang bukan akibat ia bunuh (kutunya) atau pencet
(jerawatnya). [ Tuhfah al-Muhtaaj VI/340 ].
Adapun darah
mimisan, bisul Ditafsil : Bila darahnya sedikit, maka tidak membatalkan shalat.
Apabila darah yang keluar banyak dan mengenai sebagian dari badan dan
pakaiannya, maka wajib membatalkan shalatnya, meskipun shalat jumat.
فائدة
: قال في التحفة : ولو رعف في الصلاة ولم يصبه إلا القليل لم يقطعها ، وإن كثر نزوله
على منفصل عنه ، فإن كثر ما أصابه لزمه قطعها ولو جمعة ، وإن رعف قبلها واستمر فإن
رجى انقطاعه والوقت متسع انتظره وإلا تحفظ كالسلس اهـ.
"Faidah:
Mushannif (pengarang kitab) berkata dalam kitab Tuhfah: “Andai seseorang
mimisan didalam shalat, dan darah yang keluar hanya sedikit, maka tidak
membatalkan shalatnya. Apabila darah yang keluar banyak hingga mengenai bagian
badan yang lain. Apabila darah yang mengenai bagian badan lain sangat banyak,
maka seseorang yang sedang shalat itu harus membatalkan shalatnya meski dia
sedang shalat jumat. Bila mimisan keluar sebelum shalat dan keluar terus, namun
dimungkinkan mimisan berhenti dan waktu shalat masih cukup, maka dianjurkan
untuk ditunggu hingga berhenti, apabila tidak mungkin ditunggu hingga berhenti,
maka hidung disumpal saat shalat sebagaimana orang yang beser". [ Bughyat al Musytarsyidin Halaman 53 ].
ولو
رعف في الصلاة لم تبطل و إن لوث بدنه مالم يكثر
بشرى الكريم 1/91
Keluar darah
dari hidung/mimisan pada waktu shalat tidak membatalkan shalat sekalipun
mengenai anggota badan. Dengan sarat darah yang keluar tidak banyak. [ Busyral
karim 1/91 ].
Saat Shalat
Bersentuhan Dengan Anak Yang Belum Khitan apakah membatalkan sholat?
Sebenarnya
dalam mas'alah Qulfah (kemaluan laki laki yang belum di khitan) terjadi hilaf.
Menurut qaul ashoh Qulfah dihukumi sebagai anggota dhohir sehingga wajib
disucikn. Dan menurut muqobilnya Qulfah dihukumi sebagai anggota batin sehingga
tidak wajib disucikan. Dengan demikian berpijak pada dua qaul ini sholat orang
tersebut dihukumi sah. Sebab meskipun berpijak pada qaul yang mengatakan
anggota dlohir, kalau hanya bersentuhan atau menempel pada sesuatu(bayi)yang
membawa najis tidak sampai membatalkan solat..
Catatan
Berpijak
pada qaul ashoh, yang dapat membatalkan sholat dalam mas'alah ini adalah
mengendong, mengikat, memegang merankul, dan memangku anak kecil tersebut.(,
MAKA MEMBATALKAN SHOLAT, KARENA DIHITUNG MENANGGUNG NAJIS,KECUALI JIKA DI
YAKINI KEBERSIHANNYA, sama halnya dengan anak yang memakai pampers.
المجموع
الجزء الثاني ص 199
ولو
كان غير مختون فهل يلزمه في غسل الجنابة غسل ما تحت الجلدة التى تقطع في الختان فيه
وجهان حكاهما المتولي والروياني وآخرون أصحهما يجب صححه الروياني والرافعي لأن تلك
الجلدة مستحقة الإزالة ولهذا لو أزالها إنسان لم يضمن وإذا كانت مستحقة الإزالة فما
تحتها كالظاهر والثاني لا يجب وبه جزم الشيخ أبو عاصم العبادي في الفتاوى لانه يجب
غسل تلك الجلدة ولا يكفي غسل ما تحتها فلو كانت كالمعدومة لم يجب غسلها فبقى ما تحتها
باطنا.
إعانة
الطالبين الجزء الأول ص 92
(قوله وما تحت قلفة) أي وحتى ما تحت قلفة
من الأقلف فهو معطوف على مدخول حتى. وإنما وجب غسله لأنه ظاهر حكما وإن لم يظهر حسا
لأنها مستحقة الإزالة. ولهذا لو أزالها إنسان لم يضمنها. ومحل وجوب غسل ما تحتها إن
تيسر ذلك بأن أمكن فسخها وإلا وجبت إزالتها. فإن تعذرت صلى كفاقد الطهورين. وهذا التفصيل
في الحي وأما الميت فحيث لم يمكن غسل ما تحتها لا تزال لأن ذلك يعد إزراء به ويدفن
بلا صلاة.
الأشباه
والنظائر الجزء الثالث ص 86
فائدة
الفم والأنف لهما حكم الظاهر في الصوم وإزالة النجاسة والجائفة وحكم الباطن في الغسل
ونظير ذلك القلفة فالأصح أنه يجب غسل ما تحتها في الغسل والاستنجاء إجراء لها مجرى
الظاهر ومقابله يجريها مجرى الباطن.
قرة
العين بفتاوى إسماعيل الزين ص 55
سؤال:
ما قولكم فيمن يصلى فاعتنقه صبي لم يختتن وتعلق به ومعلوم أن ذلك الصبى لا بد من أن
يحمل نجاسة في فرجه فهل صلاته مع ذلك صحيحة أم لا؟
الجواب:
إذا كان معلوما أن الصبي المذكور يحمل نجاسة ظاهرة في جلدة قلفة الختان أو في ظاهر
فرجه مثلا فصلاة من يحمله باطلة وإن لم يكن معلوما ولا مظنونا ظنا غالبا فصلاة من يحمله
صحيحة عملا بأصل الطهارة(1). (1) أما مجرد مماسة لباس الصبي وتعلقه بالمصلي دون أن
يحمله فلا تبطل به الصلاة وهو كمن يصلى ويضع تحت قدمه طرف الحبل المتصل بالنجاسة والله
أعلم.
حاشية
البجيرمي على الخطيب الجزء الأول ص 53
(فرع) لو تعلق بالمصلي صبي أو هرة لم يعلم
نجاسة منفذهما لا تبطل صلاته لأن هذا مما تعارض فيه الأصل والغالب إذ الأصل الطهارة
والغالب النجاسة وخرج بقولنا لم يعلم نجاسة منفذهما ما لو علمه ثم غابت الهرة أو الطفل
زمنا لا يمكن فيه غسل منفذهما فهو باق على نجاسته فتبطل صلاته لتعلقهما بالمصلي ولا
يحكم بنجاسة ما أصاب منفذهما كالهرة إذا أكلت فأرة ثم غابت غيبة يمكن طهر فمها فيها
ا هـ ع ش على م ر. فلا تنجس ما أصابه فمها وقد يقال النجاسة متيقنة والطهر مشكوك فيه
فمقتضاه نجاسة ما أصابه فمها.
فتح
الباري لابن حجرالجزء الأول ص 779
حدثنا
أبو النعمان قال حدثنا عبد الواحد بن زياد قال حدثنا الشيباني سليمان حدثنا عبد الله
بن شداد قال سمعت ميمونة تقول: كان النبي صلى الله عليه وسلم يصلي وأنا إلى جنبه نائمة
فإذا سجد أصابني ثوبه وأنا حائض. وزاد مسدد عن خالد قال حدثنا سليمان الشيباني وأناإلخ)في
الترجمة التي قبلها بيان صحة الصلاة ولو أصابت المرأة بعض ثياب المصلي وفي هذه الترجمة
بيان صحتها ولو أصابها بعض جسده.
الفقه
الإسلامى الجزء الأول ص 725
حمل
صبي في الصلاة: لو حمل المصلي صبيا صغيرا عليه نجس تبطل صلاته عند الحنفية لم يتمسك
بنفسه لأنه يعد حاملا للنجاسة ويشترط عندهم طهارة ما يعد حاملا له باستثنائه ما يكون
في الجوف كمسئلة الكلب والبيضة السابقة وتصح لأنه إن كان الصغير يتمسك بنفسه لأنه لا
يعد حاملا للنجاسة وقال الشافعية كالحنفية وغيره إتفاقا لا خلاف فيه لا يضر حمل الصبى
الذي لا تظهر عليه نجاسة لو حمل حيوانا طاهرا في صلاته صحت صلاته لأن النبى حمل أمامة
بنت أبي العاص في صلاته ولأن ما في الحيوان من النجاسة في معدن النجاسة هو كالنجاسة
التي في جوف المصلي.
إعانة
الطالبين الجزء الأول ص 183
(قوله ولا صلاة قابض إلخ) أي ولا تصح صلاة
قابض، أي أو شاد أو حامل ولو بلا قبض، ولا شدة طرف متصل بنجس.وحاصل المعتمد في هذه
المسألة-كما في الكردي-أنه إن وضع طرف الحبل بغير شد على جزء طاهر من شئ متنجس كسفينة
متنجسة أو على شئ طاهر متصل بنجس كساجور كلب لم يضر ذلك مطلقا.أو وضعه على نفس النجس
ولو بلا نحو شد ضر مطلقا وإن شده على الطاهر المتصل بالنجس نظر إن انجز بجره ضر وإلا
فلا وخرج بقابض وما بعده ما لو جعله المصلي تحت قدمه فلا يضر وإن تحرك بحركته، كما
لو صلى على بساط مفروش على نجس أو بعضه الذي لا يماسه نجس
13. Terbuka
aurat di dalam sholat :
Maka
batallah sholatnya jika terbuka aurat kecuali jika terbukanya sebentar karena
ditiup angin dan segera di tutupnya seketika itu juga, maka tidaklah batal
sholatnya.
14.
Memalingkan dada atau setengahnya dari arah kiblat :
Dalam sholat
fardhu kecuali pada saat sholat khauf (ketakutan) atau di dalam sholat sunnat
di atas kendaraan.
15. Murtad :
Keluar dari
agama islam, dengan merusak aqidah ( meyakini Allah di atas, bawah, samping,
depan belakang maka dikategorikan murtad. Tidak mempercayai salah satu rukun
Iman yang enam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar